Meta Ratna Dewi, Owner Baku Matun Mantapkan Langkahnya Menuju DPRD Bangka Barat

WARTABANGKA.ID, MENTOK – Masyarakat Kota Mentok, Kabupaten Bangka Barat mungkin sudah tidak asing lagi dengan sosok pengusaha kuliner, Meta Ratna Dewi ini.

Wanita kelahiran Tahun 1995 ini, lahir di Dusun Daya Baru, Desa Belo Laut, Kecamatan Mentok.

Meta merupakan anak ketiga dari enam bersaudara. Ayahnya, Sam Sudirmanto (Alm) yang dulu dikenal dengan sapaan akrab Ing Pal 4, merupakan mantan anggota DPRD kabupaten serta Ibunya, Aisah yang berprofesi sebagai petani.

Sedangkan suaminya berprofesi sebagai aparatur negara, dimana dari hasil pernikahan memiliki dua orang putra.

Di usianya yang terbilang masih muda ini, Meta sudah memiliki badan usaha sendiri yang bernama CV. Meta Salamun Berkah dan sekaligus menjadi Owner (pemilik) dari Brand ternama yang ada di kota Mentok, yaitu Boku Matun.

Dirinya sudah gemar berwirausaha sejak masih duduk di bangku sekolah bahkan sering ke sekolah dengan membawa produk kue hasil karya tangannya sendiri.

Kemudian setelah menikah, Meta memutuskan untuk mencoba peruntungannya dengan mendirikan usaha Cafe pada Tahun 2016.

Cafe yang dinamai ” Warung AM ” ini cukup dikenal dan sangat diminati masyarakat Mentok.

Seiring dengan perkembangan situasi, di Tahun 2018, Meta kemudian beralih ke peruntungan lainnya dengan membuka usaha Boku Matun yang menjual berbagai kue dan produk kuliner lainnya.

Usaha yang ia mulai dari nol ini, hanya bermodalkan oven jadul pemberian ibu serta pengalaman membuat kue secara otodidak yang diperoleh dari sang ibu juga.

Namun siapa sangka, usaha yang ia rintis selama bertahun-tahun ini sangat sukses.

Produk-produk kuliner yang ia jual seperti aneka kue dan lain-lainya laku di pasaran hingga akhirnya ia membuka outlet nya sendiri yang berada di sekitaran Tugu Duren Mentok.

“Alhamdulillah usaha yang awalnya dulu hanya penjualan secara online berangsur-angsur sudah memiliki outlet dan reseller yang sudah tersebar di Kabupaten Bangka Barat,” ungkap Meta, Senin (1/1).

Selain berwirausaha, ternyata Meta juga banyak aktif di kegiatan sosial lain.

Seperti panti asuhan, pelaku UMKM serta masyarakat yang membutuhkan uluran tangan dirinya.

Ia juga sering diundang ke beberapa acara untuk menjadi narasumber sebagai wirausaha pemula di Kabupaten Bangka Barat.

Selain itu, Meta juga berprestasi di bidang kesenian tari di salah satu sanggar seni yang cukup melegenda di Kota Mentok.

Yakni, Sanggar Panglima angin yang didirikan oleh H. Mochtar A Ajemain atau dikenal Pak Mo.

Sanggar tersebut pernah mewakili Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk berkompetisi di Provinsi Riau hingga ke negara tetangga Malaysia.

Tidak hanya mengharumkan seni dan kebudayaan Mentok diluar Bangka, Meta juga memiliki prestasi yang tidak kalah penting.

Yaitu Juara 3 pada kompetisi Wirausaha kategori Mitra UMKM Award Provinsi Bangka Belitung, Runner Up Bujang Dayang Tahun 2013, Anggota Paskibraka 2011 dan masih banyak lagi.

Saat ini, Meta pun aktif menjabat sebagai Ketua Wanita Partai Persatuan Pembangunan (WPPP) Cabang Bangka Barat.

Meta menjelaskan, bahwa dalam merintis suatu usaha tidaklah mudah.

Jatuh bangun merupakan makanan sehari hari, namun sebesar apapun cobaan yang dihadapi, ia tidak pernah menyerah karena ia memegang keyakinan suatu hal yang diawali dengan niat baik pasti akan mendapatkan hasil yang baik pula.

“Selama kita berusaha dengan niat baik, sabar dan ikhlas, Insyaallah pasti akan memperoleh hasil terbaik. Selain itu semua pengalaman permasalahan adalah guru yang paling berharga,” sebut Meta.

Perlu diketahui, saat ini, ibu dari dua orang anak ini merupakan salah satu calon legislatif DPRD Kabupaten Bangka Barat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk daerah pemilihan (dapil) 1, Kecamatan Mentok.

Mengikuti jejak sang ayah, Meta menyampaikan alasan utamanya terjun ke dunia politik.

Menurutnya, politik adalah jembatan termudah untuk mewujudkan cita-citanya untuk menjadikan kota kelahirannya.

Yakni Kota Mentok menjadi lebih maju, masyarakatnya sejahtera merata dan mendorong kemajuan sektor UMKM, pertanian dan nelayan.

“Sehingga masyarakat dapat lebih kreatif dan mandiri dengan tidak terpaku hanya pada sektor pertambangan saja,” imbuh Meta.

Meta pun menyatakan akan berupaya melestarikan dan menghidupkan budaya dan kesenian Melayu asli Mentok Bangka yang saat ini sudah dipandang sebelah mata oleh sebagian kaum milenial.

“Karena budaya dan kesenian adalah jati diri negeri kita yang harus dijaga dan tidak boleh hilang sampai kapanpun. Karena budaya dan kesenian Melayu ini memang sudah sangat melekat dan menjadi ciri khas dari Bangka Belitung khususnya Kota Mentok. Ya, makanya jangan sampai hilang dan harus kita jaga,” pungkas Meta. (*/IBB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *