WARTABANGKA.ID, TOBOALI – Nelayan Tanjung Kubu mengeluhkan adanya keberadaan 7 unit kapal compreng yang beroperasi di wilayah perairan Karang Ajang laut Bangka Selatan.
Selain dikeluhkan para nelayan setempat, keberadaan kapal-kapal penangkap cumi-cumi ini juga mulai menimbulkan keresahan dari sisi hasil tangkap di kalangan nelayan tradisional.
Diketahui, saat beroperasi kapal compreng yang menggunakan alat tangkap modern serta lampu berintensitas tinggi ini mampu menarik cumi-cumi dalam jumlah besar.
Hal itu berbanding terbalik dengan nelayan tradisional yang hanya mengandalkan peralatan sederhana, termasuk lampu kecil untuk menarik cumi-cumi di malam hari.
Salah seorang nelayan pesisir yang biasa melaut di wilayah tersebut Yanto mengungkapkan, saat ini Karang Ajang kini menjadi lokasi utama kapal-kapal compreng beroperasi.
“Mereka itu biasa berlayar dan beroperasi di Karang Ajang. Kalau di Kubu, tempat mereka parkirnya,” kata Yanto, Sabtu (12/4).
Ia mengatakan, jika siang kapal ini berlabuh di perairan Tanjung Kubu, dan biasanya mulai beraktivitas berangkat menuju Karang Ajang pada sore hari.
“Di Karang Ajang biasanya mereka beroperasi, yang notabene juga merupakan area tangkapan bagi nelayan lokal tradisional yang mencari ikan. Karang Ajang juga salah satu menjadi lokasi favorit para nelayan tradisional karena ketersediaan ikan dan cumi-cumi cukup melimpah,” ujarnya.
Namun, kata dia, sejak keberadaan kapal-kapal compreng yang rutin beroperasi di sana, nelayan lokal mulai merasa ruang geraknya terbatas.
“Alat mereka jauh lebih lengkap dan menarik perhatian cumi-cumi dan ikan lebih cepat. Walaupun cuma tujuh kapal, pengaruhnya tetap terasa,” katanya.
Tak hanya itu, lanjut dia, kapal-kapal tersebut telah lama beroperasi di wilayah itu. Meskipun tidak menimbulkan konflik langsung, nelayan berharap ada perhatian dari pihak berwenang agar aktivitas melaut tetap adil dan berimbang.
“Kami bukan melarang mereka, cuma berharap ada pengaturan supaya semua nelayan bisa tetap cari makan,” pungkasnya. (Ang)