WARTABANGKA.ID, PANGKALPINANG – Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Oktober 2024, secara bulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) mengalami deflasi sebesar 0,18% (mtm), lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Babel sebesar 0,22% (yoy) atau menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,49% (yoy). Angka inflasi tahunan tersebut lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 1,71% (yoy).
Di samping itu, inflasi tahunan Babel pada periode laporan merupakan tingkat inflasi yang terendah se-Indonesia. Inflasi tahunan pada Oktober 2024 terutama disumbang oleh komoditas beras, sigaret kretek mesin (SKM), dan emas perhiasan. Sementara itu andil deflasi bulanan utamanya disumbang komoditas angkutan udara, cabai merah, dan kangkung.
Secara spasial, seluruh kabupaten/kota yang menjadi lokasi survei Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi. Kota Tanjung Pandan mengalami deflasi paling dalam yaitu sebesar 0,56% (mtm), diikuti Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Belitung Timur sebesar 0,13% (mtm), serta Kabupaten Bangka Barat sebesar 0,07%.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Babel, Rommy S. Tamawiwy menyampaikan bahwa capaian inflasi Bangka Belitung yang terjaga dalam beberapa bulan terakhir merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter, serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Pemerintah Daerah dan Bank Indonesia serta stakeholder terkait lainnya yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
“TPID Provinsi Kepulauan Bangka Belitung senantiasa memperkuat program pengendalian melalui kerangka kebijakan 4K (Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif),” ujarnya.
Dalam rangka menjaga keterjangkauan harga di masyarakat, Bank Indonesia memfasilitasi kegiatan operasi pasar/Gerakan Pangan Murah (GPM) bersama Pemerintah Daerah, Bulog, dan distributor. Selain itu, pemantauan harga dan pasokan, termasuk mapping lokasi, realisasi, dan potensi panen kelompok tani binaan Bank Indonesia Bangka Belitung melalui program Siskamling Inflasi dan Dashboard Pemantauan Harga Inflasi (D’Parai) yang dapat diakses melalui tautan https://bit.ly/Dashboard_DParai.
“Untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan, bahwa Bank Indonesia juga memfasilitasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan kegiatan capacity building kelompok tani untuk memperkuat program ketahanan pangan daerah,”ungkapnya.
Selama bulan Oktober 2024, Bank Indonesia telah memfasilitasi pelaksanaan KAD business to business (B2B) komoditas sapi hidup dengan Provinsi Lampung pada 14 Oktober 2024 dan B2B cabai rawit dan bawang merah dengan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada 31 Oktober 2024.
“Bank Indonesia juga menyelenggarakan capacity building kelompok tani (Poktan) komoditas aneka cabai dan bawang merah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 28-29 Oktober 2024 yang diikuti oleh 14 poktan dan 8 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Provinsi/Kabupaten/Kota. Kegiatan ini bertujuan untuk mereplikasi best practice model bisnis dari koperasi/poktan champion untuk meningkatkan produksi daerah,”jelas Rommy.
Rommy melanjutkan Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah Daerah menyelenggarakan capacity building TPID pada 31 Oktober-1 November di Semarang, Prov. Jawa Tengah. Kegiatan capacity bulilding TPID tersebut dihadiri oleh anggota TPID Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan narasumber dari Kementerian Dalam Negeri, akademisi serta sharing pengalaman dari peraih dan nominator TPID Award Tahun 2024, yaitu TPID Provinsi Jawa Tengah, TPID Kota Semarang dan TPID Kabupaten Kebumen.
“Melalui sinergitas dengan seluruh pihak tersebut, Bank Indonesia terus berupaya agar inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan tetap terjaga dan terkendali dalam kisaran target 2,5%-1%,” pungkasnya. (**)