WARTABANGKA.ID, KOBA – Baru-baru ini, terjadi kasus kekerasan terhadap anak di salah satu Sekolah Dasar (SD) Swasta di wilayah Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah (Bateng), Provinsi Bangka Belitung (Babel).
Berdasarkan penuturan dari Plt Kepala Dinas Pendidikan Bateng, Pangihutan Sihombing, kejadian bermula dari korban yang menaruh jarinya di pintu dan siswa lainnya mendorong pintu tersebut, sehingga ujung jari kelingking korban terluka putus permanen.
“Memang kasus itu terjadi beberapa minggu lalu dan sampai sekarang sudah berproses melalui mediasi, baik itu pihak sekolah, pihak orang tua maupun ke Polres Bangka Tengah,” ucap Pangihutan Sihombing, Senin (7/10).
Diterangkan Pangihutan Sihombing, saat ini sudah ada kesepakatan perdamaian antara orang tua korban dan orangtua pelaku beserta dengan pihak sekolah, bahkan sudah dimediasi oleh pihak Polres Bangka Tengah dan kelurahan.
“Informasi terakhir yang saya dapatkan, mediasi sudah berjalan dengan baik, meskipun di tengah-tengah ada terjadi misskomunikasi antara orangtua korban dengan pihak yayasan, namun sudah dilakukan mediasi kembali dan mereka bersepakat akan menepati poin yang mereka sepakati sejak awal,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan, korban ini rencananya akan pihaknya pindahkan ke sekolah baru dan ada biaya pengganti berobat dari orangtua pelaku.
“Diminta orangtua korban pindah ke SD Negeri yang ada di Koba dan kita bantu, agar korban tidak lagi merasa menjadi tertekan, karena mungkin ada beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan anak itu supaya kembali aktif bermain di sekolah yang baru bersama dengan teman-temannya,” tuturnya.
Menurut Pangihutan Sihombing, kasus ini bukan bullying, karena peristiwa terjadi saat anak-anak bermain.
“Jadi, saat itu si anak menaruh jarinya di pintu, ternyata anak lainnya mendorong pintu, terkait disengaja ataupun tidak terdorong, tidak kami ketahui pasti, karena anak-anak sedang bermain, tapi akibatnya ujung jari keliling anak tersebut ada yang putus dan dikatakan doketer maupun orangtua korban cacat permanen,” ujarnya.
Ia mengatakan, pelaku dan korban sama-sama berjenis kelamin laki-laki dan duduk di bangku kelas 2 SD.
“Untuk anak yang menjadi korban, Pemda Bangka Tengah juga memberikan pendampingan psikolog melalui dinas perlindungan anak dan perempuan,” ungkapnya.
Pihaknya juga sudah menegaskan pada saat mediasi, agar pihak sekolah melakukan pengawasan terhadap anak secara maksimal, agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.
“Meskipun dalam kondisi istirahat, jangan sampai lengah, saya minta maksimalkan pengawasan di jam istirahat,” tutupnya. (**)