WARTABANGKA.ID, TOBOALI – Selama belasan tahun jalan produksi di areal persawahan Metting, Desa Rias, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan (Basel) belum pernah tersentuh pembangunan hingga saat ini.
Jalan selebar sekitar 2,5 meter dan sepanjang hampir 500 meter itu, terpantau sangat rusak parah hingga membentuk seperti kubangan kerbau yang dalam dengan diameter selebar jalan. Bahkan, jalan tersebut juga sudah tidak bisa dilewati baik kendaraan roda 2 dan 4 hingga combain.
Ditambah lagi jembatan plat duiker sebagai penghubung jalan itu dan menuju akses terdekat juga sudah tidak bisa dipakai lantaran sudah lama roboh dan saat ini hanya dibangun kembali dengan material papan seadanya.
Padahal, saat memasuki panen sawah yang berada paling belakang tidak bisa dimasuki oleh mesin combain dan mobil pengangkut hasil panen lantaran harus menunggu bagian depan dipanen agar ada akses masuk alat tersebut.
Tidak sedikit petani harus menanggung berkurangnya hasil produksi padi akibat panen yang tertunda disebabkan akses jalan yang tidak bisa dilalui mesin combain.
Padahal pada tahun ini, pemerintah melalui Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan Kabupaten Basel satelah menggelontorkan anggaran senilai puluhan miliar dari APBN diantaranya untuk peningkatan infrastruktur pertanian di daerah itu.
Salah satu petani areal Metting, Pur mengatakan jalan di area tersebut sudah rusak parah dan belum pernah dibangun. Padahal kalau jalan ini diperhatikan dan dibangun pastinya para petani sangat terbantu untuk akses angkut hasil produksi padi saat panen.
“Kita pas panen harus menunggu, karena combain tidak bisa masuk disebabkan jalan akses masuk ke kami sudah tidak bisa dilewati lagi. Alhasil produksi kita sangat turun karena harus nunggu sawah lain panen untuk bisa masuk combainnya,” kata Pur kepada wartawan, Selasa (6/8).
Ia mengatakan, guna mengatasi perihal ini Pemda harus segera turun tangan, karena selain dapat merugikan hasil produksi padi ini juga dapat membuat lesu para petani lantaran tidak adanya perhatian dari pemerintah.
“Kita juga kayak gini jadi lesu, masak akses di area sawah yang sebelah-sebelah sana bagus sedangkan kita tidak pernah di perhatikan padahal kita juga disini petani. Kita tidak tahu siapa dibalik ini, bantuan pembangunan juga harus adil dan bila perlu turunkan orangnya guna melihat langsung ke lokasi ini dan mana yang layak untuk dapat bantuan perbaikan akses jalan ini, sehingga harapannya tepat sasaran lah,” ujarnya.
Tak hanya itu, kata dia, para petani setempat bahkan tidak sungkan dan berniat sekali untuk mengumpulkan dana swadaya mereka apabila jalan yang menjadi akses produksi betul-betul tidak layak dibangun ataupun tersentuh bantuan dari pemerintah.
“Kami juga sudah berunding mau bangun sendiri dari dana yang kami kumpulkan dari para petani disini beli tanah puruh agar akses jalan ini dapat kembali berfungsi, karena jalan ini memang sudah tidak layak lagi. Bahkan jembatan di sebelah penghubung juga sudah roboh kita juga berharap itu dibangun” katanya.
Senada dikatakan salah seorang petani lain yakni Sarno. Menurut dia, selama 12 tahun menggarap sawah di areal bersebelahan dengan jalan tersebut belum pernah sekalipun ada proyek pembangunan seperti JUT menggunakan tanah puruh.
Menurut dia, petak sawah miliknya terkadang harus rela untuk dilalui mesin combain dikarenakan jalan yang seharusnya tidak bisa digunakan dan terpaksa harus melewati jalur sawahnya. Bahkan, akibat sering dilalui combain sebagian petak sawahnya mengalami pendalaman.
“Sejak saya menggarap sawah ini belum pernah ada pembangunan untuk jalan ini, bahkan itu jalan ini lobangnya dalam dan sudah benar-benar tidak bisa dilalui kendaraan dimana seharusnya jalan selebar ini jangankan motor, tetapi mobil ataupun combain bisa lalu lalang disini. Saya berharap jalan ini juga dapat perhatianlah dari pemerintah,” pungkasnya. (Ang)