WARTABANGKA.ID, KELAPA– Festival Tujuh Likur di Desa Mancung, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) pada Sabtu malam (6/4) berlangsung meriah.
Tradisi yang identik dengan etnis Melayu yang ditandai dengan pemasangan lampu pelita berbahan bakar minyak tanah menggunakan wadah kaleng, atau botol bekas minuman atau menggunakan buluh bambu dengan diberi sumbu.
Kegiatan yang digelar pada jelang akhir Ramadan ini juga memperlombakan gerbang api atau lampu likur dengan ukiran kaligrafi, berbagai bentuk miniatur bangunan dan seni bernuansa Islami yang dibangun di setiap perbatasan antarRT.
Ribuan masyarakat terlihat meramaikan malam puncak festival budaya yang diselenggarakan Pemerintah Desa Mancung yang dipusatkan di Alun-Alun Desa Mancung ini. Turut dilaksanakan lomba busana muslim, lomba azan, tilawah, dan hafalan ayat pendek.
Penjabat (Pj) Gubernur Babel Safrizal ZA turut hadir pada malam puncak Festival Budaya Tujuh Likur ini. Ia merasa takjub dengan tradisi yang juga dalam rangka memperingati malam lailatul qadar.
“Di Desa Mancung yang kita banggakan ini dilaksanakan tradisi Tujuh Likur yang sudah menjadi event budaya tahunan. Tradisi ini merupakan pesan dan menghantarkan kuatnya makna dan nilai budaya di masa mendatang,” ujar Safrizal.

Menurut dia, Festival Budaya Tujuh Likur menjadi gambaran bahwa Bangka Belitung begitu beragam akan khasanah budayanya, yang perlu dilestarikan agar tidak punah ditelan zaman, dan tidak terlupa oleh generasi.
“Salah satunya adalah melakukan pemeliharaan budaya dengan terus mengembangkan tradisi yang dimiliki di setiap daerah. Marilah kita bersama menjaga, dan melestarikan budaya daerah dengan ikut serta mencintai, dan mendukung Desa Mancung dalam acara ini. Harapannya, Festival Budaya Tujuh Likur dapat diusulkan dalam penetapan warisan budaya tak benda Indonesia,” pungkasnya.
Sementara, Wakil Bupati Bangka Barat Bong Ming Ming mengatakan jika Tujuh Likur merupakan budaya yang telah dilaksanakan sejak berbagai generasi sebelumnya di Desa Mancung.
“Perkembangan zaman tak menyurutkan budaya ini, justru Tujuh Likur semakin berkembang oleh pengelolaan yang dilakukan para pemuda desa. Hal ini ditunjukkan dengan lomba gapura api dengan konsep heritage, masjid, dan hewan, yang semakin menyemarakkan acara,”ujarnya.
Baca juga: Sambut Lailatulkadar, Desa Mancung Akan Gelar Tradisi Nujuh Likur
Dia menambahkan acara tersebut adalah bentuk silaturahmi yang terus dikembangkan anak muda Desa Mancung untuk mengingatkan masyarakat desa, bahwa 10 hari menjelang akhir Ramadan.
“Semoga kebudayaan bernuansa Islami ini membawa kita diberkahi kebersamaan, umur panjang, dan rezeki berlimpah. Kita harus bangga dengan kebudayaan kita,”kata Bong Ming Ming.
Sementara, pada malam puncak turut dilaksanakan penggalangan dana bagi masyarakat Palestina oleh para relawan Lembaga Kasih Palestina.
Pj Gubernur Safrizal, Bupati Bangka Barat Sukirman, Wakil Bupati Bong Ming, Perangkat Daerah Pemprov Babel, dan Perangkat Daerah Pemkab Bangka Barat, Kepala Desa Mancung Herlizon, serta seluruh masyarakat yang hadir di Alun-Alun Desa Mancung turut berdonasi untuk warga di Gaza. (**)