WARTABANGKA.ID, KOBA– Puluhan warga Kelurahan Berok, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah menyerbu Kantor Lurah Berok, Kamis (4/4). Kedatangan mereka untuk meminta aktivitas tambang liar di kawasan Punguk, Kenari hingga Merbuk (lahan eks PT Kobatin) dihentikan.
Warga yang terdiri dari tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, kaling dan RT itu tidak menerima adanya tambang di lahan eks PT Kobatin tersebut karena terdaftar sebagai wilayah pemukiman.
Salah satu masyarakat, Surya mengatakan, adanya tambang di lokasi tersebut berdampak terhadap lingkungan sekitar karena akan menyebabkan banjir jika terjadi hujan.
“Itu adalah wilayah pemukiman dan belum dinyatakan wilayah penambangan. Kedua itu adalah daerah aliran sungai yang artinya mencemari sumber mata air kami dan bisa menyebabkan banjir karen pendangkalan tambang. Ketiga, yang nambang orang luar dan dilihat ada kerusakan lingkungan. Mana ini kita lagi gencar pemulihan pasca korupsi tambang karena setiap penambangan ilegal, uangnya tidak masuk ke negara. Ini menghina kami masyarakat Berok,” ucapnya.
Surya meminta pihak keamanan dan pemerintah untuk turun tangan menghentikan tambang tersebut.
“Ini sudah meresahkan, dan memicu kemarahan masyarakat. Maka dari itu kami meminta Lurah Berok bersama Aparat penegak hukum segera menindak adanyan tambang ilegal di merbuk-kenari-punguk itu. Dampak sosial ada, dampak lingkungan ada dan dampak negatif lainnya,” ungkapnya.
“Tadinya ratusan warga mau langsung kesana bongkar paksa ponton-ponton ilegal itu. Tapi kami tidak mau anarkis jadi tetap ikuti prosedur,” sambungnya.
Sementara itu, Lurah Berok, Teguh Prabowo sempat terkejut adanya rombongan warga yang datang ke kantornya.
“Saya lagi ngurusin dokumen dan pelayanan serta pembagian beras, tiba-tiba datang masyarakat dan ternyata ingin menyampaikan aspirasi tentang tambang ilegal yang ada di Merbuk-Kenari-Punguk,” ujarnya.
Teguh juga menjelaskan, akan menindaklanjuti persoalan tersebut dan meminta waktu. Pihaknya juga meminta seluruh pihak untuk menandatangani petisi penolakan tambang tersebut.
“Kalau sampai tidak ada juga itikad baik dari penambang liar itu maka saya akan berkoordinasi langsung dengan bupati untuk membubarkannya,” jelasnya.
Di tempat yang sama Babinsa Berok Priyadi menuturkan, dirinya memang sudah resah adanya tambang ilegal dibelakang Punguk-Kenarai-Merbuk.
“Saya memang sudah tau dan juga resah. Namun kami sudah sempat mengimbau dan hari ini masyarakat langsung yang turun maka saya akan ikut,” tuturnya.
Sementara itu, Babinkamtibsa Berok tidak mau bersuara terkait adanya tambang ilegal di Punguk-Merbuk-Kenari yang menjadi tugas dan wewenang polisi untuk menindak. (**)